Dalam Hal De-dolarisasi, Para Ekonom Mengungkap Sederet Sisi Positif Dan Negatif RI.

Laporan wartawan Ismoyo

, JAKARTA – Banyak negara yang tidak ingin bergantung pada dolar AS kini meluncurkan Ddollar untuk mencoba menyingkirkan dolar AS.

De-dolarisasi Ini adalah proses penggantian dolar AS sebagai mata uang yang digunakan untuk perdagangan melalui perjanjian bilateral.

Saat ini, dolar AS adalah mata uang utama. Dolar AS umumnya digunakan sebagai dasar kebijakan ekonomi dan perjanjian antar negara.

Indonesia kini mulai mengejar de-dolarisasi. Jadi apa keuntungannya?

Bhima Yudhistira, pengamat ekonomi dan direktur eksekutif Center for Economics and Legal Studies (Celios), mengatakan Indonesia akan mendapat banyak keuntungan jika meninggalkan dolar AS dalam perdagangan sambil menunggu kesepakatan bilateral.

“Upaya menghilangkan dolar menggunakan kesepakatan mata uang lokal dengan mitra dagang Indonesia dapat semakin menstabilkan nilai tukar rupiah,” kata Bhima kepada Tribunnews, Senin (24 April 2023).

“Sampai saat ini, otoritas moneter kesulitan mengendalikan naik turunnya dolar AS. Tetap seperti itu, dengan kenaikan suku bunga Fed dan pelemahan rupee. Tapi begitu mata uang itu jatuh, bagian dolar dari total internasional perdagangan menurun, meskipun masih tidak signifikan, namun telah berkontribusi untuk menjaga nilai tukar rupiah untuk saat ini.

Hal positif lainnya, kata Bhima, adalah eratnya hubungan dagang dengan negara mitra, khususnya di tingkat ASEAN.

Kinerja ekspor tidak terlalu tinggi karena negara mengalihkan perhatiannya ke ekspor ke negara-negara ASEAN dan negara-negara alternatif lainnya ketika ekonomi domestik AS tersendat.

Poin selanjutnya berkaitan dengan efisiensi perdagangan. Eksportir dan importir sebenarnya mendapat manfaat dari penggunaan mata uang lokal tanpa terlebih dahulu menukarnya dengan dolar AS.

Namun, menghapus dolar bukan berarti tidak ada poin minus.

Kelemahan sistem itu, menurut Bhima, adalah sulitnya menggunakan mata uang lokal untuk membayar kapal yang beroperasi di jalur perdagangan lintas batas.

“Kapal berbendera asing mau ambil dolar, mau dapat penawaran dalam rupiah dari mana? Padahal 90% kapal impor dan ekspor menggunakan bendera asing,” kata Bhima.

Masalah lain muncul ketika kerjasama internasional, seperti hibah, masih mendominasi dolar.

Jadi membayar pokok dan membayar bunga terus menyerap dolar.